SUKU TENGGER
Suku Tengger merupakan sebuah suku yang tinggal didaerah pedalaman
pegunungan bromo yang menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Malang.berada pada ketinggian 2.392 dari permukaan laut. Sekeliling gunung ini terhampar lautan pasir seluas kurang lebih 10 km2, bahkan mirip dengan padang pasir.
Keberadaan Suku Tengger berdasarkan legenda yang memasyarakat, suku tengger berasal dari keturunan Roro Anteng dan Joko Seger,
nama “Tengger” sendiri diambil dari akhiran “Teng” dari Roro Anteng dan
“Ger” dari Joko Seger. Suku tengger merupakan penduduk asli jawa yang
pada saat itu hidup pada masa pemerintahan kerajaan Majapahit. Saat
masuknya Islam ke pulau jawa terjadi persinggungan dengan
kerajaan-kerajaan yang ada di pulau jawa, yang salah satunya kerajaan
majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam,
kemudian melarikan diri ke wilayah Bali dan pedalaman Gunung Bromo dan
Semeru. Pasangan Roro Anteng dan Joko Seger yang melarikan diri ke
pedalaman Bromo, kemudian menjadi penguasa daerah tersebut dan diberi
nama “Tengger”.
Jarak yang begitu jauh untuk memasuki kawasan Suku Tengger ini karena berada di dalam penggunungan Bromo, begitu terjalnya jalan untuk memasuki kawasan ini.
Hanya dengan menggunakan jeep ini, kita bisa memasuki kawasan pedalaman dimana Suku Tengger tinggal, dengan perjalanan yang mirip padang pasir membuat kita semakin penasaran untuk memasuki kawasan ini.
Untuk mencapai kaki gunung Bromo tidak bisa menggunakan kendaran baik
roda 2 maupun roda 4 hanya berjalan kaki, tetpi andaikan tidak ingin
kelelahan dapat menyewa kuda dengan tarif Rp. 70.000,-. Untuk melihat
kawah gunung Bromo yang mengeluarkan asap kita harus menaiki tangga yang
lumayan tinggi yakni 250 anak tangga. wah banyak juga yah.
Warga Tengger pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani sayuran.
Kesuburan lahan di lereng-lereng perbukitan dengan kemiringan yang
terjal ini tidak terlepas dari kondisi pegunungan Tengger yang berada di
antara dua gunung yang masih aktif, Gunung Bromo dan Gunung Semeru.
Pertanian yang mereka hasilkan dijual keluar desanya dengan bantuan
pengepul yang yang datang dari Probolinggo, Pasuruan bahkan dari
Surabaya datang untuk membeli hasil pertanian dari peggunungan tengger.
Selain bertani, ada sebagian masyarakat Tengger yang berprofesi menjadi
pemandu wisatawan di Bromo. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan
menawarkan kuda yang mereka miliki untuk disewakan kepada wisatawan.
Masyarakat tengger mayoritas memeluk agama Hindu, namun agama Hindu yang
dianut bukan Hindu Dharma seperti yang ada di Bali, Hindu yang
berkembang di masyarakat tengger adalah Hindu Mahayana. Hindu Mahayana adalah........
Mahayana (berasal dari bahasa Sanskerta: महायान, mahāyāna yang secara harafiah berarti 'Kendaraan Besar') adalah satu dari dua aliran utama Agama Buddha dan merupakan istilah pembagian filosofi dan ajaran Sang Buddha Mahayana, yang dilahirkan di India.
Berikut adalah gambar dari upacara adat yang ada di Suku Tengger:
1. Upacara Kasada
Upacara Kasada atau Hari Raya Kasada atau Kasodoan
adalah Upacara yang dilakukan oleh Masyarakat Tengger untuk
memperingati Pengorbanan diri Raden Kusuma putra bungsu Joko Seger dan
Loro Anteng yang telah merelakan dirinya untk berkorban demi
Kesejahteraan Ayah , Ibunya serta saudara – saudaranya. Hari Raya Kasada
ini di selenggarakan pada tanggal 16 bulan Asuji atau Kasada
( bulan ke duabelas ) tahun Saka. yaitu pada saat bulan purnama penuh.
Upacara ini diikuti oleh seluruh Masyarakat Suku Tengger dengan membawa Ongkek ( biasanya dipikul berisi Tandur Tuwuh bumi Tengger / ternak peliharaan / ayam) untuk dilabuhkan ( kurban )di kawah Gunung Bromo, tetapi sebelumnya harus di mintakan Japa Mantra ( do’a ) kepada Dukun Adat yang berada di Poten lautan Pasir Gunung Bromo baru setelah itu dilabuhkan. Selain Melakukan ritual Labuahan pada saat Upacara Kasodo juga diadakan ujian Mulenen
bagi Dukun Baru ( ujian membaca mantra dalam hal ini tidak boleh lupa
dan keliru karena hal tersebut merupakan syarat utama lulus dan tidaknya
Sang Dukun ).
2. Upacara Karo
Upacara Karo dilaksanakan setiap Sasi Karo pada tanggal 15. Upacara
Karo dilaksanakan di Rumah Pak Tinggi (Pak Lurah Desa Ngadas). Semua
sesaji Karo Upacara dilaksanakan di Rumah Pak Tinggi di bantu warga.
Saat Upacara Karo diharuskan menyembelih satu ekor sapi untuk
persembabahan. Tujuan Upacara Karo adalah untuk menghormati para
leluhur, putren atau punden-punden dan Hyang Ibu Bumu dan Bapa Kasa.
Sebelum Karo dilaksanakan ada sebuah upacara yang harus dilaksanakan
yaitu Upacara Ping Pitu. Upacara ini dilaksanakan pada Sasi Karo tanggal
7.
3. Upacara Pujian
Upacara pujan dilaksanakan 4 kali dalam satu tahun. Yaitu pada Sasi
Kapat. Upacara Pujan pertama dilaksanakan pada Sasi Kapat tanggal 4,
Pujan kedua dilaksanakan pada Sasi Kawolu tanggal 1, Pujan ketiga
dilaksanakan pada Sasi Kasanga Panglung 9, dan Pujan keempat
dilaksanakan pada Sasi Kasada Panglung 1. Panglung adalah istilah
Tengger untuk menyebut tanggal setelah tanggal 15 sampai satu bulan
berakhir. Upacara Pujan bertujuan untuk memuji kepada leluhur Desa
Ngadas. Pujan dilaksanakan di rumah Mbah Dukun dan dibantu semua Warga
Ngadas.
Selain itu tak jauh dari permukiman suku tengger ada padang savana yang indah dan wajib sekali untuk dilihat, padang savana disini tak jauh berbeda dengan padang savana diluar negri, rerumputan yang masih hijau, dan iklim yang dingin membuat kita akan nyaman berada disini.
Keindahan alam Indonesia tidak akan pernah habis, asalkan kita mau menjaga dan terus merawatnya, termasuk budaya yang kita punya, semua akan terus menarik dan menjadi kebanggaan untuk kita semua. :)